intravena - i.v
1. Pengertian
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah.
2. Lokasi
a. Pada lengan (vena mediana cubiti / vena cephalica )
b. Pada tungkai (vena saphenosus)
c. Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
d. Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak
3. Indikasi
Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena antara lain:
- Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.
- Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
- Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).
- Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
- Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.
4. Peralatan
a. Spuit
Terdiri
dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip)
didesain tepat berpasangan dengan jarum hipodermis dan alat penghisap
(plunger) yang tepat menempati rongga spuit. Spuit secara umum
diklasifikasi sebagai Luer-lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini
didasarkan pada desain ujung spuit. Spuit Luer-lok memerlukan jarum
khusus, yang melilit naik ke ujung spuit dan terkunci aman ditempat.
Desain ini mencegah jarum terlepas karena kurang hati-hati. Spuit
nonLuer-lok memerlukan jarum yang dapat langsung terpasang ke ujung
spuit. Kebanyakan institusi pelayanan kesehatan menggunakan spuit
plastik sekali pakai yang tidak mahal dan mudah dimanipulasi. Spuit
dibungkus terpisah dengan atau tanpa jarum steril dalam sebuah bungkus
kertas atau wadah plastik yang kaku.
Perawat
mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar
sementara ujung jarum tetap terendam didalam larutan yang disediakan.
Perawat dapat memegang bagian luar badan spuit dan pegangan penghisap.
Untuk mempertahankan sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak
steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan
pengisap atau jarum. Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 – 60
ml. Tidak lazim menggunakan spuit berukuran lebih besar dari 5 ml untuk
injeksi SC atau IM. Volume yang lebih besar menimbulkan rasa tidak
nyaman. Spuit berukuran lebih besar disiapkan untuk obat-obatan IV.
Spuit insulin berukuran 0,5 – 1 ml dan dikalibrasi dalam unit-unit.
Spuit insulin berukuran 0,5 ml dikenal sebagai spuit dosis rendah (50
mikro per 0,5 ml) dan lebih mudah dibaca. Spuit tuberkulin memiliki
badan yang panjang dan tipis dengan jarum tipis yang sebelumnya telah
dipasang. Spuit dikalibrasi dalam ukuran seperenambelas minims dan
seperseratus ml dan memiliki kapasitas 1 mili. Perawat menggunakan spuit
tuberkulin untuk menyiapkan obat yang keras dalam jumlah kecil. Spuit
tuberkulin digunakan untuk menyiapkan dosis yang kecil dan tepat untuk
bayi dan anak kecil. Perawat menggunakan spuit hipodermik berukuran
besar untuk memberikan IV tertentu dan menambahkan obat ke dalam larutan
IV. (Potter & Perry. 2005)
b. Jarum
Beberapa
jarum tidak dipasang pada spuit ukuran standar. Kebanyakan jarum
terbuat dari stainless steel dan hanya digunakan satu kali. Jarum
memiliki tiga bagian : hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah
spuit; batang jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan
bevel, yakni bagian ujung yang miring.
Setiap
jarum memiliki tiga karakteristik utama : kemiringan bevel, panjang
batang jarum, dan ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang lebih
tajam sehingga meminimalkan rasa tidak nyaman akibat injeksi SC dan IM.
Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Semakin kecil ukuran
jarum, semakin besar ukuran diameternya. (Potter & Perry. 2005)
DAPUS:
- http://nursingbegin.com/prosedur-pemberian-obat-iv/
- http://www.sehatgroup.web.id/?p=200
- Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar