Rabu, November 14, 2012

ETHANOL



 ETANOL (Etil Alkohol) Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan “Et” merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5). Ada 2 jenis alkohol, yaitu food grade dan fuel grade. Semakin banyak jumlah pelarut semakin banyak pula jumlah produk yang akan diperoleh, hal ini dikarenakan : – Distribusi partikel dalam pelarut semakin menyebar, sehingga memperluas permukaan kontak. – Perbedaan konsentrasi solute dalam pelarut dan padatan semakin besar. (Gamse, 2002) Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama. Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena. Pada ekstraksi bahan pangan tidak boleh ada residu etanol pada bahan pangan yang diekstraksi (Federal Food, Drug and Cosmetic Regulation). Dalam pemilihan jenis pelarut faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah daya melarutkan bahan (berdasarkan kepolaritasan), titik didih, sifat racun, mudah tidaknya terbakar dan pengaruh terhadap alat peralatan ekstraksi. Pada umumnya pelarut yang sering digunakan adalah etanol karena etanol mempunyai polaritas yang tinggi sehingga dapat mengekstrak bahan lebih banyak dibandingkan jenis pelarut organik yang lain. Pelarut yang mempunyai gugus karboksil (alkohol) dan karbonil (keton) termasuk dalam pelarut polar. Etanol mempunyai titik didih yang rendah dan cenderung aman. Etanol juga tidak beracun dan berbahaya. Kelemahan penggunaan pelarut etanol adalah etanol larut dalam air, dan juga melarutkan komponen lain seperti karbohidrat, resin dan gum. Larutnya komponen ini mengakibatkan berkurangnya tingkat kemurniannya. Keuntungan menggunakan pelarut etanol dibandingkan dengan aseton yaitu etanol mempunyai kepolaran lebih tinggi sehingga mudah untuk melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak, karbohidrat, dan senyawa organik lainnya. Paturau et al (1982) menggolongkan mutu etanol menjadi 4 golonganyaitu : (1) etanol industri, (2) spiritus, (3) etanol murni, dan (4) etanol absolut.Etanol industri adalah etanol dengan kadar 96,5ºGL biasanya digunakan untuk industri dan tujuan lain seperti sebagai pelarut, bahan bakar, serta untuk bahanbaku produksi senyawa kimia lain. Etanol industri biasanya didenaturasi oleh0,5-1% piridin kasar dan biasanya diwarnai dengan metil violet supaya mudahdikenali. Spiritus adalah etanol industri asli yang telah didenaturasi dandiwarnai dengan kadar 88ºGL. Spiritus digunakan untuk bahan bakarpemanasan dan penerangan. Etanol murni adalah suatu jenis etanol dengankadar 96,0-96,5ºGL yang digunakan terutama untuk industri farmasi dankosmetik serta untuk minuman beralkohol sedangkan etanol absolut adalahetanol dengan kadar yang sangat tinggi yaitu 99,7-99,8ºGL. METANOL (Metil Alkohol) Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Ia digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri. Pada ekstraksi bahan pangan hanya diperbolehkan ada residu metanol sebanyak 50 ppm (Federal Food, Drug and Cosmetic Regulation). 

DAFTAR PUSTAKA 
Gamse, T., (2002), Liquid-Liquid Extraction and Solid-Liquid Extraction, Institute of Thermal Process and Environmental Engineering, Graz University of Technology, hal. 2-24. 
Paturau, J.M. 1982. By Product of Cane Sugar Industry. Elsevier Scientific Publishing Co., Amsterdam Windholz, Martha (1976). 
The Merck index: an encyclopedia of chemicals and drugs (edisi ke-9th). Rahway, N.J., U.S.A: Merck.
http://rizkaauliarahma.wordpress.com/2012/01/10/ethanol/

Minggu, November 04, 2012

NYERI TENGKUK

"NYERI TENGKUK"



Tengkuk merupakan bagian tubuh yang paling rumit dan unik karena terdiri dari beberapa sendi yang kompleks dilalui oleh saraf dan pembuluh darah, otot-otot, tendo dan ligamen-nya yang memungkinkan tengkuk bergerak secara kompleks.

Di samping itu tengkuk juga daerah yang paling banyak mendapat ketegangan atau stres, baik waktu istirahat apalagi jika sedang bekerja serius, misalnya sewaktu duduk di kantor sepanjang  hari dengan  posisi duduk atau kursinya kurang nyaman; hal ini akan mempercepat terjadinya nyeri tengkuk.

Apabila struktur tulang,  otot  dan saraf mengalami gangguan di daerah ini, akan menyebabkan nyeri tengkuk yang gejalanya nyeri sekali, tidak bisa menoleh ke kiri, ke kanan dan menundukkan ataupun mendongak, sehingga mengganggu  Gejala dari  akar saraf spinalis terutama disebabkan aktifitas sehari-hari penderita

Apabila seseorang bekerja serius dalam waktu lama, maka akan terjadi kontraksi otot terus menerus dan berlebihan yang menghasilkan metabolit yang  menimbulkan  rasa  nyeri. Katabolit ini agaknya merupakan suatu  molekul besar yang berdifusi  perlahan ke luar dari serat  otot. Penelitian pada penderita nyeri tengkuk menunjukkan bahwa tegangnya otot disertai pula menegangnya otot-otot tunika muskularis arteri yang mengurus  otot itu.  Vasokonstriksi ini menyebabkan bertambah lamanya dari intensitas nyeri.
Gejala nyeri tengkuk  dapat dikelompokkan dalam  tiga bagian yaitu :
1. Nyeri tengkuk lokaL
Nyeri yang berasal dari otot-otot tengkuk, oleh kontraksi yang akut maupun kronis. Terjadi secara tidak disadari sebagai reaksi otot terhadap kecemasan.(Zigler)
Kontraksi otot yang terus menerus ini akan mengakibatkan kenaikan tekanan intramuskular yang menyebabkan rusaknya kapiler-kapiler di dalamnya, sehingga terjadi iskemi di dalam otot yang dapat menimbulkan nyeri.
Otot tengkuk terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok otot yang menggerakkan kepala dan yang menggerakkan tulang leher. Kelompok otot yang sering mengalami tegang otot ada-lah kelompok ekstensor kepala dan ekstensor leher seperti otot rectus capitis minor dan mayor, otot obliqus capitis superior dan inferior, otot longus capitis, otot semispinalis capitis, otot splenius cervisis, otot splenius capitis, otot trapezius serta m. scalenius medius.

2. Spondilosis servikalis dan kelainan diskus
Spondilosis hanya sebagai faktor predisposisi saja dalam menimbulkan  rasa  nyeri. Memang spondilosis tersebut  menekan akar saraf tetapi harus diingat bahwa akar saraf tersebut  juga akan teregang pada gerakan kepala terutama pergerakan fleksi tanpa menimbulkan rasa nyeri.
Gejala dari  akar saraf spinalis terutama disebabkan gangguan di dalam foramen intervertebralis; misalnya proses inflamasi, hernia diskus atau spondilosis yang dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga gejala penekanan akar sarafpun timbul.
Untuk menimbulkan nyeri radikular ada beberapa faktor yang menguatkan, yaitu : rangsang/iritasi serabut saraf; jika rangsangan itu berupa tekanan, harus intermitten dan akut, serta adanya gangguan fungsi seperti gangguan fungsi sensoris dan motoris.

3. Migraine servikalis
Ciri khas migraine servikalis yaitu rasa nyeri di tengkuk menjalar ke daerah occipitalis yang sepihak dan terus ke wajah ke daerah frontalis. Rasa nyeri kepala ini disebabkan oleh ter-jadinya penekanan pada pleksus simpatikus  di sekitar a. vertebralis yang terjadi karena osteofit dan trauma sebagai faktor-faktor pencetus.

sekian coret2 nya... semoga bermanfaat...
untuk pengobatannya meluncur ke "terapi latihan metode Mc. Kenzie untuk pengobatan nyeri tengkuk" 

sumber
1. CDK, kulit dan kelamin no. 130, 2001 
2. Soemargo Sastrodiwirjo. Nyeri kepala menahun, Universitas Indonesia, jakarta, 1981
3. Cailliet R. Soft tissue pain and disability, Philadelphia; USA: FA Davis, Co, 1977
4. De Wolf AN, Mens, JMA. Pemeriksaan alat penggerak tubuh, diagnostik fisis umum, cet. II, Bohn Stafleu Van Loghum, Houten/Zaventen, 1994

CREAM

CREAM



Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada dua tipe krim, tipe minyak-air dan tipe air-minyak.

Stabilitas krim rusak, jika terganggu sistem campurannya, terutama disebabkan  perubahan  suhu  dan  perubahan  komposisi  disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebih atau Pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain

Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan.

Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan, emulgid, lemak  bulu  domba,  setaseum,  setilalkohol,  stearilalkohol,  TEA,  sterat, natrium stearat, amonium stearat. (Anonim, 1979).

Untuk  krim  tipe  A/M  digunakan  Sabun  polivalen,  span,  adeps lanae, cholesterol, cera.

Untuk  krim  tipe  M/A  digunakan  sabun  monovalen  seperti  Tea, stearat, natrium stearat, kalium stearat, ammonium stearat, tween, natrium laurylsulfat,  kuning  telur,  gelatinum,  caseinum,  CMC,  pectinum, emulgidum.  Untuk  penstabil  krim  ditambah  zat  antiokasidan  dan  zat pengawet.  Zat  pengawet  yang  sering  digunakan  adalah  Nipagin  0,12-0,18%, Nipasol 0,02-0,05%.

 

sumber :

linus-seta.blogspot.com/.../pembuatan-dan-cara-evaluasi-cream.html

anonim, 1979, farmakope indonesia 3, Depkes RI, jkrt 


Minggu, September 16, 2012

Pembunuh Tersembunyi

eramuslim-Publikasi: 09/05/2005 08:37 WIB



     Bagi penggemar makanan ala Barat seperti 'fast food', waspadalah. Karena, di
balik kelezatan makanan tersebut mengintai kandungan lemak trans yang tinggi merupakan
pembunuh tersembunyi atau 'secret killer'
     Lemak trans bernama asli Trans Fatty Acids (TFA) itu, dianggap sebagai biang keladi
meningkatkan kolesterol darah secara bertahap dan meyakinkan. Padahal, kolesterol darah
yang tinggi, dinilai sebagai pemicu aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah).
Aterosklerosis menjadi pilar utama komplikasi hipertensi akibat proses kerusakan menahun
pada permukaan sisi dalam pembuluh nadi
     Kerusakan itu, salah satunya berawal dari terpaan kontaminasi zat radikal bebas, yang berasal
dari hasil metabolisme dan oksidasi lemak tubuh. Secara bersama-sama, dengan LDL
kolesterol (kolesterol jahat) tinggi dan trigliserida (lemak darah), membentuk plak
Selain dipengaruhi oleh lemak trans, kolesterol darah yang tinggi sebetulnya juga disebabkan
oleh konsumsi lemak jenuh (lemak cis) yang berlebih, terutama berasal dari menu makanan
sehari-hari. Namun, lemak trans sangat berperan cukup penting dalam meningkatkan
kolesterol darah secara progresif
     Lemak trans mulai populer, sejak ditemukan kasus dalam penelitian gizi (diet) oleh beberapa
peneliti pada tahun 80-an. Penelitian dan pengamatan dilakukan terhadap konsumsi lemak
jenuh orang Skandinavia dan Amerika Serikat. Hasilnya, konsumsi lemak trans yang lebih
tinggi pada orang Skandinavia, secara nyata meningkatkan penderita jantung koroner
Isu mengenai lemak trans kembali marak, setelah Badan Pengawasan Makanan dan Obat
Amerika Serikat (US-FDA) dan British Nutrition Foundation (BNF) mempersoalkannya kembali.
Data menunjukkan, tingginya konsumsi lemak trans pada penduduk di kedua negara tersebut
Karena itu, US-FDA berencana menerbitkan peraturan final yang mewajibkan perusahaan
yang bergerak dalam industri pangan, untuk mencantumkan kandungan lemak trans pada
label makanan yang diproduksi secara massal. Ketentuan pencantuman label ini, merupakan
upaya untuk melindungi masyarakat konsumen dari mengonsumsi TFA secara berlebihan
    Terbitnya peraturan tersebut, dipicu oleh berbagai hasil studi yang menunjukkan adanya
hubungan antara konsumsi TFA (lemak trans) dengan peningkatan kolesterol darah.
Membatasi konsumsi lemak trans, merupakan anjuran berbagai departemen kesehatan di
sebagian besar negara maju, khususnya AS dan Inggris
    Lalu, apakah masyarakat Indonesia sudah perlu membatasi konsumsi TFA? Pertanyaan ini
masih sulit dijawab. Masalah penyakit jantung koroner (PJK) sebetulnya bukan hanya
didominasi negara maju. Di Indonesia, sekarang ini PJK telah menjadi pembunuh nomor dua,
atau mungkin sudah nomor satu, yang sebelumnya hanya menjadi peringkat ketiga atau
kelima
    PJK banyak diderita oleh golongan usia muda, yang masih sangat produktif dan dikenal
sebagai eksekutif muda berusia antara 30-40 tahun. Tidak pernah dibayangkan sebelumnya
bahwa hipertensi, stroke, dan PJK dapat menyerang pada saat usia belum genap 40 tahun.
Hal ini pada beberapa waktu lalu tidak pernah terjadi
    Penyakit ini, tidak hanya menimpa kalangan menengah ke atas saja, namun semua kalangan,
tak kenal kaya atau miskin. Salah satu pemicunya adalah konsumsi lemak yang tinggi,
khususnya lemak jenuh dan lemak dalam bentuk isomer trans
    Beberapa hasil penemuan terbaru secara lebih rinci menunjukkan, bahwa konsumsi lemak
trans yang tinggi secara spesifik dapat meningkatkan kandungan kolesterol LDL (kolesterol
jahat). Sebaliknya, dalam kandungan kolesterol HDL (kolesterol baik) terjadi penurunan
secara bermakna
    Keadaan ini sangat tidak menguntungkan. Sebab, kolesterol HDL sangat berguna dalam
menetralkan atau memusnahkan LDL agar tetap terjaga rasio kandungan kolesterol total yang
harmonis
    Ada fakta lain yang lebih serius membuktikan, bahwa lemak trans tersebut mengganggu
konversi asam lemak esensial linoleat menjadi arakidonat dalam sintesa lemak tubuh. Secara
keseluruhan, hal ini akan mengganggu sistem reaksi enzimatik dalam metabolisme lemak.
Terganggunya sistem enzimatik, akan berpengaruh juga dalam perkembangan sistem saraf.
Sebab, sel saraf sangat membutuhkan jenis asam lemak esensial ini

Senin, September 10, 2012

9 Teori Salah Tentang Kesehatan




1. Membaca dalam gelap merusak mata Anda 
Membaca dalam kegelapan hanya akan melelahkan mata tetapi tidak merusak mata kita.
2. Jantung ada di sebelah kiri dada 
Jantung terletak hampir di tengah-tengah dada kita, tersimpan aman di belakang rongga dada.
3. Stress dapat membuat rambut beruban dalam semalam
Bukti memang menunjukkan bahwa stres dapat mempercepat rambut beruban. Namun, prosesnya tidak dalam satu malam. Proses perubahan warna rambut menjadi abu-abu terjadi secara bertahap. Pola perubahan warna biasanya bersifat genetik, ada rambut yang tetap hitam ada juga yang berubah abu-abu.
4. Cara terbaik menjadi langsing adalah makan sesedikit mungkin
Jika Anda makan sangat sedikit, berat badan Anda akan turun cepat, yang tampaknya sangat efektif. Tapi dalam jangka panjang hal itu buruk bagi kesehatan maupun berat badan Anda. Jika Anda makan terlalu sedikit, Anda akan kekurangan vitamin dan mineral sehingga lemah dan lelah. Tubuh Anda akan kekurangan energi yang diperlukan dan akan mencari sumber energi alternatif dengan membakar lemak otot. Metabolisme tubuh juga melambat, karena massa otot berkurang membuat pembakaran lebih lambat. Tubuh Anda menjadi sangat efisien. Bila Anda kemudian putus diet dan makan lebih banyak (mayoritas orang melakukannya), maka kombinasi efisiensi dan asupan kalori berlebih akan membuat berat badan Anda cepat naik kembali. Seringkali berat Anda lebih dari sebelumnya. Ini sering disebut efek yoyo.
5. Cara terbaik mengatasi cegukan adalah meminum air 
Secara medis, tidak ada bukti efektivitas meminum air atau menahan nafas dalam mengatasi cegukan. Sebaliknya, menurut rekomendasi lama dari New England Journal of Medicine (1971), menelan sesendok butiran gula pasir justru lebih efektif. Menurut studi itu, taktik ini berhasil menghentikan cegukan pada 19 dari 20 pasien.
6. Kedinginan membuat Anda rentan terkena flu 
Sebuah penelitian pernah dilakukan di Common Cold Research Unit, Salisbury, Inggris, di mana sekelompok relawan diinokulasi dengan virus selesma yang didekatkan ke hidung mereka. Setengah kelompok ditempatkan di ruangan yang hangat sedangkan sisanya mandi dan basah kuyup selama setengah jam, kemudian berpakaian tapi memakai kaus kaki basah selama beberapa jam lagi. Kelompok basah tidak terkena flu lebih banyak daripada kelompok kering. Kesimpulan: kedinginan tidak memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
7. Susu hangat membuat anak mudah tertidur 
Susu mengandung sedikit tryptophan, sejenis asam amino yang berefek memudahkan tidur. Namun, Anda perlu bergalon-galon susu untuk merasakan efeknya. Bila Anda mendapati anak Anda jadi mudah tertidur setelah minum susu, sebenarnya rutinitasnyalah yang membantu anak menjadi tenang.
8. Kita hanya menggunakan 10 persen otak kita
Sejumlah studi pencitraan otak telah menunjukkan bahwa tidak ada satu wilayah pun di otak yang benar-benar diam atau tidak aktif. Pencitraan otak secara rinci telah gagal mengidentifikasi 90 persen isi otak yang “tidak termanfaatkan”. Mitos bahwa otak kita baru sebagian kecil saja yang dimanfaatkan mungkin berasal dari para penjual yang mencoba menawarkan “inovasi baru” dalam meningkatkan kemampuan otak.
9. Mencukur membuat rambut tumbuh kembali lebih cepat dan kasar
Waxing, mencukur atau mencabut rambut tidak akan mengubah tekstur atau kecepatan pertumbuhannya. Rambut yang baru tumbuh kembali memang tumpul, tapi lama-kelamaan akan tampak persis seperti rambut Anda sebelumnya
 
corat-coret komentarnya gan...
 
source: http://kolom-inspirasi.blogspot.com

Sabtu, September 08, 2012

Stres Menyebabkan Otak Mengecil

Stres Menyebabkan Otak Mengecil

eramuslim - Hidup dalam keadaan stres ternyata tidak hanya bisa mempengaruhi
kemampuan berpikir dan daya ingat karena otak mengecil, tapi juga membuat daya tahan
tubuh semakin buruk dan memudahkan penyakit masuk ke dalam tubuh.

Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa hormon stres seperti kortisol, akan
meningkatkan resiko untuk menderita hipertensi, penyakit jantung, dan sebagainya. Ternyata
bukan itu saja, penelitian terbaru yang dilaporkan dalam Jurnal Psychoneuroendocrinology,
edisi Desember ini,mengatakan bahwa hormon stres juga akan membuat otak mengecil.
Hormon stres yang tinggi akan membuat daya ingat menurun dan hippokampus (bagian di
otak) akan mengecil. Hippokampus ini merupakan bagian otak yang berfungsi dalam proses
belajar dan daya ingat.

Penelitian yang dilakukan hingga 6 tahun ini, mengukur kadar kortisol dalam sekelompok
orang dewasa. Ditemukan, orang yang mempunyai kadar kortisol yang tinggi secara terus
menerus akan mempunyai test daya ingat yang lebih buruk dengan dengan orang yang
mempunyai kadar kortisol rendah hingga sedang. Selain itu, paparan yang lama terhadap
kadar kortisol yang tinggi akan membuat daerah hippokampus di otak, mengecil sebanyak
14%. Mungkin ini dapat menjelaskan mengapa pada beberapa orangtua menunjukkan daya
ingat maupun kemampuan berpikir yang buruk, sedang orangtua lainnya menunjukkan
sebaliknya

Bagaimana pengaruh kortisol terhadap anak-anak? Peneliti menemukan, peningkatan kortisol
secara temporer mempengaruhi kemampuan berpikir dan daya ingat, tapi ini hanya terjadi
secara temporer pula. Penelitian lain menunjukkan bahwa anak dan remaja yang berasal dari
golongan sosial ekonomi lemah menunjukkan kadar hormon stres yang lebih tinggi
dibandingkan mereka yang berasal dari golongan sosial ekonomi yang lebih mampu. Ini
menunjukkan bahwa stres dapat mempengaruhi fungsi otak, tanpa melihat pada usia. Dan
stres dapat terjadi pada semua kelompok usia yang akan mempengaruhi fisik maupun mental
penderitanya.

Sementara itu, penelitian lain yang dilakukan oleh para peneliti dari Australia membuktikan
bahwa ada kaitan ilmiah antara tekanan emosional dan sakit. Mulai dari masuk angin biasa
hingga kanker. Kelompok peneliti dari Gervan Institute, Sydney, pekan lalu, mengumumkan
mereka menemukan hormon yang dilepaskan ke tubuh saat orang dilanda stres, yakni
neuropeptide Y (NPY) merongrong sistem kekebalan tubuh. Sehingga, membuat anda jatuh
sakit.

"Sampai kini ada bukti kuat kaitan antara otak dan sistem kekebalan. Namun pada saat ini
kita telah mendapatkan koneksi itu, Saat stres, saraf melepaskan banyak NPY. Hormon itu
masuk ke aliran darah, tempat hormon tersebut menghuni sel-sel dalam sistem kekebalan dan
membinasakan patogen dalam tubuh. Bahwa stres membuat anda sakit kini bukan lagi suatu
mitos. Itu kenyataan dan kita perlu menghadapinya dengan serius."
ujar Fabienne Mackay Peneliti dari Australia

Penemuan kelompok itu dipublikasikan dalam Journal of Experimental Medicine edisi Senin.
Para peneliti mengemukakan mereka berharap karya mereka akan menghasilkan dua jenis
intervensi terapeutik. Herbert Heerzog salah satu ilmuwan lainnya, mengemukakan
neuropeptide Y telah diketahui akan mempengaruhi tekanan darah dan detak jantung. Namun
temuan dampak hormon itu pada sistem kekebalan telah membuka pintu baru untuk
mengatasi berbagai penyakit

"Stres membuat anda lebih rentan saat anda, misalnya terkena flu, dan bahkan dalam situasi
yang lebih serius, seperti kanker. Hormon itu dapat membuat sakit menjadi lebih parah dalam
situasi ini," kata dia kepada Radio ABC

Penyakit lain yang memiliki kaitan dengan stres antara lain rhematoid arthritis, multiple
scelerois, penyakit Crohn, diabates tipe 1 serta lupus. Mackay menjelaskan, diperlukan waktu
bertahun-tahun untuk mengembangkan obat guna menghadapi pengaruh NPY. Solusi terbaik
untuk jangka pendek adalah memerangi stres mereka. "Hal terbaik yang dilakukan adalah
menghilangkan stres dari kehidupan kita dengan cara mengorganisasi kembali cara hidup kita.
Mengubah gaya hidup kita dan menggunakan berbagai cara, seperti yoga dan relaksasi,
semampu kita," katanya

semoga bermanfaat gan....
jangan lupa coret-coret yang bagus kolom komentarnya...
matur nuwun ....

sumber: kutipan NN

Minggu, September 02, 2012

TANIN


TANIN



http://www.bionet-skola.com/w/images/2/26/00Ccaj-24253184.jpeg
tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman seperti pada daun, buah yang belum matang, kulit dan batang
Merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawaan polifenol kompleks, dibangun dari elemen C, H, dan O serta sering membentuk molekul besar dengan berat molekul lebih besar dari 2000
Karakter : Mampu mengkerutkan kulit; Taste à sepat; Bila dicampurkan atau direaksikan dengan protein dapat membentuk endapan (protein); tidak berwarna sampai berwarna kuning atau coklat
sifat kimia tanin: Merupakan senyawa kompleks dalam  bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal; Tanin dapat diidentifikasikan denga kromotografi; Senyawa fenol dari tanin  mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi warna
Mekanisme dengan protein: Terjadi ikatan antara gugus hidroksi fenolik dengan ikatan peptida (-C-NH-); Jenis ikatan : Kovalen, Ionic, Hidrogen; Pembentukan kompleks dipengaruhi : Konsentrasi, pH 
identifikasi Tanin dapat dilakukan dengan cara : Diberikan larutan FeCl  berwarna biru tua / hitam kehijauan; Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat; Diendapkan  dengan  garam  Cu,  Pb,  Sn,  dan  larutan  Kalium  Bikromat berwarna coklat
dua kelompok tannin
1. hidrolisis tannin
2. condensasi tannin

tannin hidrolisis
tanin apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol polihidroksi yang sederhana
terbentuk dari ikatan
a. depsisik (ikatan ester) antara 2 mol asam galat
b. C-C pada cincin aromatik 2 mol asam galat

hidrolisis
a. asam gallat --> terurai --> pirogalol
b. asam protokatekuat --> katekol
c. asam ellag dan tenol-fenol lain (asam ellag dapat disamak --> kulit bentuk bunga)

proses hidrolisis
a. enzim tanase, or use acid (HCl)
b. proses hidrolisis akan menyebabkan terbentuk komponen penyusunnya (lebih kecil)

contoh simplisia:
a. gallotannins
 - rhubarb, daun beraberry, hamamelis
 - sapan lignum
b. ellagitanin
c. daun eukaliptus

tanin non hidrolisis (kondensasi)
merupakan komplek polimer, dimana dibentuk biasanya dari katekin dan flavonoid
tannin kondensasi memiliki peranan yang lebih penting bila dibandingkan dengan zat samak terhidrolisis

simplisia:
a. barks : cinnamomi, wild cherry, chincona, akasia
b. flower : lime
c. fruits : grapes (red wine)
d. leave : tea (green tea)

fungsi tannin
1. sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu pada tanaman, misal buah yang belum matang, pada saat matang taninnya hilang
2. anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi
3. digunkan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman
4. pengawet dan penyamak kulit
5. reagensia di laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid
6. anti racun dengan cara mengeluarkan asam tamak yang tidak larut 

semoga bermanfaat....
saran, komentarnya y gan....

Selasa, Agustus 07, 2012

MALARIA

 

1. pengertian

 Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus plasmodium. Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles. Daerah selatan Sahara di Afrika dan Papua Nugini di Oceania merupakan tempat-tempat dengan angka kejadian malaria tertinggi.Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan P. ovale dan malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya dan negara Timor Leste

2. jenis 

Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:

a. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika

b. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina

c. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana

d. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia 

3. mekanisme

Ketika nyamuk Anopheles betina (yang mengandung parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit atau kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua atau matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit. Sebagian besar Merozoit masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium sporogoni)

 

4. vektor

Umur nyamuk bervariasi tergantung pada species dan dipengaruhi keadaan lingkungan. Ada banyak cara untuk mengukur unsur populasi nyamuk. Salah satu cara yang paling praktis dan cukup memungkinkan ialah dengan melihat beberapa persen nyamuk porous dari jumlah yang diperiksa. Nyamuk parous adalah nyamuk yang telah pernah bertelur, yang dapat diperiksa dengan perbedahan indung telur (ovarium).

Misalnya dari 100 ekor nyamuk yang dibedah indung telurnya ternyata 80 ekor telah parous, maka persentase parous populasi nyamuk tersebut adalah 80%. Penentuan umur nyamuk ini sangat penting untuk mengetahui kecuali kaitannya dengan penularan malaria data umur populasi nyamuk dapat juga digunakan sebagai para meter untuk menilai dampak upaya pemberantasan vektor (penyemprotan, pengabutan dan lain-lain).

Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data distribusi musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umur populasi vektor akan menerangkan musim penularan yang tepat. Pada umumnya satu species yang berperan sebagai vektor, memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk daerah tropis seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi pada musim penghujan, kecuali An.Sundaicus di pantai selatan Pulau Jawa dimana densitas tertinggi pada musim kemara

Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit yang ditularkan serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara yaitu: cara aktif, yang ditentukan oleh kekuatan terbang, dan cara pasif dengan perantaraan dan bantuan alat transport atau angin

 

5. gejala

Gejala dari malaria termasuk demam, menggigil, artralgia (nyeri sendi), muntah, anemia (yang disebabkan oleh hemolisis), hemoglobinuria, kerusakan retina, dan kejang-kejang. Gejala klasik malaria adalah terjadinya siklus dingin tiba-tiba diikuti dengan kekakuan dan kemudian demam dan berkeringat berlangsung empat sampai enam jam, terjadi setiap dua hari di''P. vivax''dan''P. ovale''infeksi, sementara setiap tiga untuk''P. malariae''. ''P. ''falciparum dapat memiliki demam berulang setiap 36-48 jam atau demam kurang jelas dan hampir terus menerus. Untuk alasan yang kurang dipahami, tetapi yang mungkin berhubungan dengan tekanan intrakranial tinggi, anak-anak dengan malaria sering menunjukkan sikap yang abnormal, tanda yang menunjukkan kerusakan otak parah. Malaria telah ditemukan menyebabkan gangguan kognitif, terutama pada anak-anak. Hal ini menyebabkan anemia yang meluas selama periode perkembangan otak cepat dan juga merusak otak secara langsung. Ini hasil kerusakan neurologis dari malaria serebral yang anak-anak lebih rentan. Malaria serebral berhubungan dengan pemutih retina, yang mungkin menjadi tanda klinis yang berguna dalam malaria membedakan dari penyebab lain dari demam.  

Minggu, Juli 22, 2012

KROMATOGRAFI "materia medika"



Kromatografi adalah cara pemisahan zat berkhasiat dan zat lain yang ada dalam sediaan, dengan jalan penyarian berfraksi, atau penyerapan, atau penukaran ion pada zat padat berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Zat yang diperoleh dapat digunakan untuk percobaan identifikasi atau penetapan kadar. Kromatografi yang sering digunakan adalah kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi gas. Sebagai bahan penyerap selain kertas digunakan juga zat penyerap berpori, misalnya aluminiumoksida yang diaktifkan, asam silikat atau silika gel kiselgur dan harsa sintetik. Bahan tersebut dapat digunakan sebagai penyerap tunggal atau campurannya atau sebagai penyangga bahan lain. Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebih berguna untuk percobaan identifikais karena cara ini khas dan mudah dilakukan untuk zat dengan jumLah sedikit. Kromatografi gas memerlikan alat yang lebih rumit, tetapi cara tersebut sangat berguan untuk percobaan identifikasi dan penetapan kadar. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal 523)

1. Kromatografi Kolom
Kromatografi Penyerapan
Zat penyerap ( misalnya aluminium oksida yang telah diaktifakan, silika gel, kiselgut terkalsinasi, dan kiselgur kromatografi murni ) dalam keadaan kering atau setelah dicampur dengan sejumLah cairan dimapatkan kedalam tabung kaca atau tabung kuarsa denan ukuran tertentu dan mempunyai lubang pengalir keluar dengan ukuran tertentu.
SejumLah sediaan yang diperiksa dilarutkan dalam sedikit pelarut ditambahkan pada puncak kolom dan dibiarkan mengalir dalam zat penyerap. Zat berkhasiat diserap dari larutan oleh bahan penyerap secara sempurna berupa pita sempit pada puncak kolom. Dengan mengalirkan pelarut lebih lanjut, dengan atau tanpa tekanan udara, masing-masing zat bergerak turun dengan kecepatan khas hingga terjadi pemisahan dalam kolom yang disebut kromatogram. Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya daya serap zat penyerap, sifat pelarut dan suhu dari sistem komatografi.

Kromatografi Pembagian
Pada kromatografi pembagian, zat yang harus dipisahkan terbagia atas dua cairan yang tidak bercampur. Salah satu cairannya yaitu fase tidak gerak atau fase yang lebih polar biasanya diserap oleh zat penyerap padat, karena itu memberikan daerah permukaan yang sangat luas keada pelarut yang mengalir atau fase gerak atau fase yang kurang polar dan menghasilkan pemisahan yang baik yang tidak dapat dicapai pada pengocokan. Kromatografi pembagian dilakuakn dengan cara mirip dengan kromatografi penyerapan. Dalam hal tertentu lebih baik zat yang diperiksa yang telah dilarutkan dalam fase tidak bergerak ditambahkan pada sedikit zat penyerap, kemudian campuran ini dipindahkan pada puncak kolom. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal 523).

2. Kromatografi Kertas
Pada kromatografi kertas sebagai penyerap digunakan sehelai kertas dengan susunan serabut atau tebal yang cocok. Pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut tunggal dengan proses yang analog dengan kromatografi penyerapan atau menggunakan dua pelarut yang tidak dapat bercampur dengan proses analaog dengan kromatografi pembagian. Pada kromatografi pembagian fase bergerak merambat perlahan-lahan melalui fase tidak bergerak yang membungkus serabut kertas atau yang membentuk kompleks dengan serabut kertas. Perbandingan jarak perambatan suatu zat terhadap jarak perambatan fase bergerak dihitung dari titik penetesan larutan zat dinyatakan sebagai Rf zat tersebut. Perbandingan jarak perambatan suatu zat dengan jarak perambatan zat pembanding kimia dinyatakan sebagai Rr. Letak bercak yang diperoleh dari zat yang dikromatografi dapat ditetapkan dengan cara berikut :
a. Pengamaatan langsung, jika tampak dengan cahaya biasa atau dengan sinar ultra violet
b. Pengamatan dengan cahaya biasa atau dengan sinar ultraviolet setelah kertas disemprot dengan pereaksi yang dapat memberikan warna pada bercak.
c. menggunakan pencacah geiger-muler atau otora diografik jika ada zat radioaktif.
d. menempatkan pita atau potongan kertas pada medium perbiakan yang telah ditanami untuk melihat hasil stimulasi atau pertumbuahan bakteri.
Alat yang digunakan berupa bejana kromatogarfi raltahan korosi , bak pelarut, batang kaca anti sifon dan kertas kromatografi. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal 525).

3. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan zat secara cepat dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan didasarkan pada penyerapan pembagian atau gabungannya tergantung dari jenis zat penyerap pembagian atau gabungannya tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. KLT dengan penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada KLT tidak tetap jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi kertas karena itu pada lempeng yang sama disamping kromatogram dari zat yang diperiksa perlu dibuat kromatogram dari zat pembanding kimia lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran yang lebih kurang sama. Ukuran dan intensitas bercak dapat digunakan untuk memperkirakan kadar. Penetapan kadar yang lebih teliti dapat digunakan dengan cara densito metri atau dengan mengambil bercak dengan hati-hati dari lempeng, kemudian disari dengan pelarut yang cocok, dan ditetapkan dengan cara spektrofotometri. Pada KLT 2 dimensi lempeng yang telah dievaluasi diputar 900 dan dievaluasi lagi umumnya menggunakan bejana lain yang berisi pelarut lain. Alat yang digunakan adalah lempeng kaca, baki lempeng, rak penyimpanan, zat penyerap, alat pembuat lapisan, bejana kromatografi, sablon, pipet mikro, alat penyemprot pereaksi, pelarut, dan lampu ultraviolet. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal 528).

4. Kromatografi Gas
Kromatografi gas adalah satu cara pemisahan kromatografi dimana sebagai fase bergerak digunakan gas yang disebut gas pembawa. Jika sebagai fase tidak bergerak digunakan zat padat yang disebut kromatografi gas padat dan jika sebagai fase tidak bergerak digunakan cairan disebut kromatografi gas cairan. Alat yang digunakan antara lain : tempat penyuntikan yang terletak dimuka kolom kromatografi, kolom kromatografi dari kaca atau baja tahan karat berisi bahan padat penyangga halus yang cocok dan dilapisi dengan fase tidak bergerak, detektor yang dihubungkan dengan alat pencatat. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal 531).

Anonim 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Selasa, Juli 10, 2012

INTRAVENA (IV)

intravena - i.v
1. Pengertian
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah.

injeksi-iv
 2. Lokasi
a. Pada lengan (vena mediana cubiti / vena cephalica )
b. Pada tungkai (vena saphenosus)
c. Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
d. Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak

3. Indikasi
Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena antara lain:
  • Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.
  • Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
  • Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).
  • Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
  • Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.
 4. Peralatan
a.    Spuit
Terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) didesain tepat berpasangan dengan jarum hipodermis dan alat penghisap (plunger) yang tepat menempati rongga spuit. Spuit secara umum diklasifikasi sebagai Luer-lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini didasarkan pada desain ujung spuit. Spuit Luer-lok memerlukan jarum khusus, yang melilit naik ke ujung spuit dan terkunci aman ditempat. Desain ini mencegah jarum terlepas karena kurang hati-hati. Spuit nonLuer-lok memerlukan jarum yang dapat langsung terpasang ke ujung spuit. Kebanyakan institusi pelayanan kesehatan menggunakan spuit plastik sekali pakai yang tidak mahal dan mudah dimanipulasi. Spuit dibungkus terpisah dengan atau tanpa jarum steril dalam sebuah bungkus kertas atau wadah plastik yang kaku.
Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung jarum tetap terendam didalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar badan spuit dan pegangan penghisap. Untuk mempertahankan sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap atau jarum. Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 – 60 ml. Tidak lazim menggunakan spuit berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume yang lebih besar menimbulkan rasa tidak nyaman. Spuit berukuran lebih besar disiapkan untuk obat-obatan IV. Spuit insulin berukuran 0,5 – 1 ml dan dikalibrasi dalam unit-unit. Spuit insulin berukuran 0,5 ml dikenal sebagai spuit dosis rendah (50 mikro per 0,5 ml) dan lebih mudah dibaca. Spuit tuberkulin memiliki badan yang panjang dan tipis dengan jarum tipis yang sebelumnya telah dipasang. Spuit dikalibrasi dalam ukuran seperenambelas minims dan seperseratus ml dan memiliki kapasitas 1 mili. Perawat menggunakan spuit tuberkulin untuk menyiapkan obat yang keras dalam jumlah kecil. Spuit tuberkulin digunakan untuk menyiapkan dosis yang kecil dan tepat untuk bayi dan anak kecil. Perawat menggunakan spuit hipodermik berukuran besar untuk memberikan IV tertentu dan menambahkan obat ke dalam larutan IV. (Potter & Perry. 2005)

b.    Jarum
Beberapa jarum tidak dipasang pada spuit ukuran standar. Kebanyakan jarum terbuat dari stainless steel dan hanya digunakan satu kali. Jarum memiliki tiga bagian : hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang miring.
Setiap jarum memiliki tiga karakteristik utama : kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang lebih tajam sehingga meminimalkan rasa tidak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. (Potter & Perry. 2005)

DAPUS:
- http://nursingbegin.com/prosedur-pemberian-obat-iv/
- http://www.sehatgroup.web.id/?p=200
- Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Jakarta: EGC

Jumat, Juni 08, 2012

ANALGETIK

ANALGETIK

Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman dan menyiksa bagi penderitanya, namun terkadang nyeri dapat digunakan sebagai tanda adanya kerusakan jaringan. Inflamasi merupakan manifestasi dari terjadinya kerusakan jaringan, dimana nyeri merupakan salah satu gejalanya karena dipandang merugikan maka inflamasi memerlukan obat untuk mengendalikannya.
Obat analgetik atau biasa disebut obat penghilang atau setidaknya mengurangi rasa nyeri yang hebat pada tubuh seperti patah tulang dan penyakit kanker kronis. Obat analgesik adalah obat yang mempunyai efek menghilangkan atau mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran atau fungsi sensorik lainnya. Obat analgesik bekerja dengan meningkatkan ambang nyeri, mempengaruhi emosi (sehingga mempengaruhi persepsi nyeri), menimbulkan sedasi atau sopor (sehingga nilai ambang nyeri naik) atau mengubah persepsi modalitas nyeri.
Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri (diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan mediator nyeri seperti brodikinin dan prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak) yang secara umum dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetik non narkotik (seperti: asetosat, parasetamol) dan analgetika narkotik (seperti : morfin).
Terkadang, nyeri dapat berarti perasaan emosional yang tidak nyaman dan berkaitan dengan ancaman seperti kerusakan pada jaringan karena pada dasarnya rasa nyeri merupakan suatu gejala, serta isyarat bahaya tentang adanya gangguan pada tubuh umumnya dan jaringan khususnya. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut maka banyak digunakan obat-obat analgetik (seperti parasetamol, asam mefenamat dan antalgin) yang bekerja dengan memblokir pelepasan mediator nyeri sehingga reseptor nyeri tidak menerima rangsang nyeri.
Terdapat perbedaan mencolok antara analgetika dengan anastetika umum yaitu meskipun sama-sama berfungsi sebagai zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri. Namun, analgetika bekerja tanpa menghilangkan kesadaraan. Nyeri sendiri terjadi akibat rangsangan mekanis, kimiawi, atau fisis yang memicu pelepasan mediator nyeri. Intensitas rangsangan terendah saat seseorang merasakan nyeri dinamakan ambang nyeri (Tjay, 2002).



Gambar.1. mekanisme nyeri

Analgetika yang bekerja perifer atau kecil memiliki kerja antipiretik dan juga komponen kerja antiflogistika dengan pengecualian turunan asetilanilida (Anonim, 2005).
Nyeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer (parasetamol, asetosal, mefenamat atau aminofenazon). Untuk nyeri sedang dapat ditambahkan kofein dan kodein. Nyeri yang disertai pembengkakan sebaiknya diobati dengan suatu analgetikum antiradang (aminofenazon, mefenaminat dan nifluminat). Nyeri yang hebat perlu ditanggulangi dengan morfin. Obat terakhir yang disebut dapat menimbulkan ketagihan dan menimbulkan efek samping sentral yang merugikan (Tjay, 2002).
Kombinasi dari 2 analgetik sangat sering digunakan karena terjadi efek potensial misalnya kofein dan kodein khususnya dalam sediaan parasetamol dan asetosal.
Berdasarkan kerja farmakologinya, analgetika dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu:
1.      Analgetik narkotika
Obat Analgetik Narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki sifat opium atau morfin. Analgetika narkotik, khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker. Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain, golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang hebat. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai.
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesic opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan suatu analgesic yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesic yang sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi. Ada 3 golongan obat ini yaitu :
a.       Obat yang berasal dari opium-morfin,
b.      Senyawa semisintetik morfin, dan
c.       Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
Mekanisme kerja: menduduki reseptor opioid (agonis opioid), bertindak seperti opioid endogen. Yang termasuk opioid endongen adalah: endorfin dan enkephalin.
Efek dari opioid:
a.       Respiratory paralisis: hati-hati dalam penggunaan karena dapat menyebabkan kematian karena respirasi dapat tertekan.
b.      Menginduksi pusat muntah (emesis).
c.       Supresi pusat batuk (antitusif): kodein
d.      Menurunkan motilitas GI tract: sebagai obat antidiare, yaitu loperamid.
e.       Meningkatkan efek miosis pada mata .
f.       Menimbulkan reaksi alergi: urtikaria (jarang terjadi).
g.      Mempengaruhi mood.
h.      Menimbulkan ketergantungan: karena reseptor dapat berkembang.
Hal penting dari opioid:
a.       Dapat diberikan berbagai rute obat: oral, injeksi, inhalasi, dermal.
b.      Antagonis morfin (misalnya nalokson dan naltrekson): digunakan apabila terjadi keracunan morfin.
c.       Rawan penyalahgunaan, sehingga regulatory obat diatur.
2.      Obat Analgetik Non-Narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Penggunaan analgetika perifer mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan.
Kombinasi dari dua atau lebih analgetik sering kali digunakan, karena terjadi efek potensiasi (Tjay, 2002)


 source :
Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2002.Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya Edisi Kelima Cetakan Pertama. Penerbit PT Elex Media : Jakarta
"GONEFOURN....About"